Ekonomi

BI Sulbar Titip Harapan ke Gubernur Baru 

Wacana.info
Obrolan Santai Bank Indonesia bareng Media. (Foto/Istimewa)

MAMUJU--Pertumbuhan ekonomi Provinsi Sulawesi Barat pada quartal ketiga (Q3) 2024 tumbuh 2,16 Persen (yoy). Lebih rendah dari pertumbuhan Nasional sebesar 4,95 Persen (yoy).

Pertumbuhan ekonomi Sulawesi Barat pada Q3 2024 tumbuh 2,16 Persen (yoy), lebih rendah dari Q2 2024 sebesar 4,30 Persen (yoy). Pencapaian tersebut juga lebih rendah dari pertumbuhan ekonomi nasional Q3 2024 sebesar 4,95 Persen (yoy).

Lapangan Usaha (LU), LU Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan mencatatkan penurunan pertumbuhan akibat menurunnya kinerja produksi Tandan Buah Segar (TBS) kelapa sawit. 

Pertumbuhan LU industri pengolahan juga tercatat deseleratif seiring dengan turunnya pertumbuhan produksi CPO dan produk turunannya. Kemudian, LU konstruksi turut mencatatkan perlambatan pertumbuhan ekonomi yang diakibatkan oleh offtrack progress Pembangunan PSN bendungan Budong-budong di Kabupaten Mamuju Tengah.

Sementara LU administrasi pemerintah turut tercatat mengalami perlambatan yang disebabkan penurunan Belanja Pemerintah Pusat (BPP) untuk belanja barang dari APBN, serta melambatnya pertumbuhan realisasi belanja APBD secara keseluruhan pada Q3 2024.

Hal di atas terurai di forum diskusi seputar perkembangan ekonomi provinsi ini, satu sgenda yang dikemas dalam bentuk Obrolan Santai Bank Indonesia bareng Media (OSBIM), Kamis (23/01). 

Gunawan Purbowo juga menyampaikan pentingnnya peran pemerintah. Utamanya menuju hadirnya pemimpin definitif Suhardi Duka dan Salim S. Mengga yang akan dilantik pada awal Februari 2025.

"Dengan akan dilantiknya pemimpin baru di Sulbar, mudah-mudahan pemimpin baru bisa terus mengembangkan sumber-sumber ekonomi baru," kata Gunawan Purbowo.

Dari sisi pengeluaran, konsumsi pemerintah tumbuh melambat. Itu dipengaruhi oleh menurunnya realisasi belanja pegawai pasca pembayaran TambahanPenghasilan Pegawai (TPP) kepada para ASN pada Juni 2024.

Komponen investasi/PMTB juga tercatat mengalami perlambatan yang disebabkan oleh melambatnya realisasi anggaran pembangunan PSN bendungan Budong-Budong. Terakhir, Kinerja ekspor turut mencatatkan perlambatan akibat menurunnya pertumbuhan produksi CPO dan turunannya.

Perkembangan Inflasi

Desember 2024, tingkat inflasi secara tahunan tercatat sebesar 1,49 Persen (yoy) atau secara bulanan sebesar 0,66 Persen (mtm), lebih rendah dari tingkat inflasi nasional sebesar 1,57 Persen (yoy).

Komoditas utama yang memengaruhi terjadinya deflasi bulanan adalah jeruk iipis/limau, kkan kembung, cabai rawit, angkutan udara, dan emas perhiasan.

Kenaikan pasokan jeruk nipis dari Kota Makassar, dan cabai rawit dari daerah pegunungan Kabupaten Mamuju menjadi faktor utama menurunnya harga kedua komoditas tersebut.

Lalu meningkatnya suplai ikan kembung dari luar Sulawesi Barat (wilayah pesisir barat Sulsel dan Sulteng) membuat komoditas ini mengalami deflasi. Deflasi angkutan udara dipengaruhi oleh efek turunnya fuel surcharge dari 10 Persen menjadi 2 Persen sejak periode 28 November 2024 – 3 Januari 2025.

Terakhir, harga emas menurun dipengaruhi melambatnya pertumbuhan harga emas dunia pada Desember 2024. 

Di sisi lain, sejumlah komoditas menyumbangkan inflasi, seperti Tomat, ikan layang, beras, cabai merah, dan ikan cakalang. Penurunan produksi tomat dan cabai merah pada tingkat petani, khususnya dari luar Sulawesi Barat (wilayah tengah Sulsel) disebabkan oleh tingginya intensitas curah hujan sehingga membuat harga kedua komoditas tersebut meningkat.

Harga beras turut mengalami kenaikan akibat telah berakhirnya musim panen yang terjadi pada awal triwulan IV 2024 dan mulai memasuki masa tanam pada akhir tahun 2024.

Kemudian, inflasi pada ikan layang dan ikan cakalang didorong oleh tingginya volatilitas tinggi gelombang laut di wilayah perairan Sulawesi Barat yang meningkat sehingga hasil tangkapan nelayan yang menjadi tidak optimal.

(Foto/Istimewa)

Inflasi Terendah Ketujuh di Sulampapua

Sulawesi Barat jadi provinsi dengan tingkat inflasi tahunan terendah ketujuh di Kawasan Sulawesi-Maluku-Papua (Sulampua). Itu berlaku di bulan Desember. Gorontalo dan Sulut memiliki tingkat inflasi tahunan terendah pertama dan kedua.

Sementara itu, Papua Pegunungan, Papua Tengah, dan Papua Barat menjadi tiga provinsi dengan tingkat inflasi tahunan tertinggi di Kawasan Sulampua

Perkembangan Sistem Keuangan Sulbar

Stabilitas sistem keuangan di Sulawesi Barat sepanjang tahun 2024 tetap terjaga. Meski Loan to Deposit Ratio relatif tinggi.

Penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) perbankan di Sulawesi Barat pada periode Desember 2024 mencapai Rp 6,15 Triliun atau tumbuh 4,58 Persen (yoy). DPK tersebut belum cukup untuk memenuhi permintaan kredit atau pembiayaan masyarakat.

Untuk realisasi kredit atau pembiayaan perbankan, sdi Desember 2024 tercatat sebesar Rp 12,85 Triliun atau tumbuh 4,04 Persen (yoy). Total kredit perbankan di Sulawesi Barat didominasi oleh jenis kredit konsumsi dan modal kerja.

Loan to Deposit Ratio (LDR) perbankan di Sulawesi Barat pada periode Desember 2024 sebesar 208,8 Persen atau relatif tinggi (LDR > 100 Persen). Perlu dorongan penghimpunan DPK secara progresif yang didukung oleh peningkatan aktivitas usaha.

Mengenai stabilitas sistem keuangan di Sulawesi Barat, sepanjang tahun 2024 tetap terjaga. Meskipun Loan to Deposit Ratio relatif tinggi.

Kredit UMKM perbankan di Sulawesi Barat pada periode Desember 2024 senilai Rp 5,93 Triliun, menurun -1,79 Persen (yoy). Kredit tersebut didominasi oleh sektor perdagangan.

Kredit Usaha Rakyat (KUR) perbankan di Sulawesi Barat di periode Desember 2024 mencapai Rp 2,81 Triliun atau tumbuh 0,03 Persen. Kredit ini didominasi oleh jenis usaha berkategori mikro.

Rasio Kredit Bermasalah (NPL) Sulawesi Barat periode Desember 2024 tercatat sebesar 2,08 Persen yang perlu menjadi perhatian perbankan untuk terus menjaga kualitas kredit Sulawesi Barat. (*/Naf)